Rabu, 20 Oktober 2010

KONFLIK DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH.DHINI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehiupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya ( Semi, 1993 : 8). Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam kehidupannya, maka sastra tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau system berpikir manusia. Sastra dapat dibahas menjadi dua hal, yaitu isi dan bentuk. Dari segi isi, sastra membahas tentang hal yang terkandung di dalamnya, sedangkan bentuk sastra membahas cara penyampaiannya. Ditinjau dari isinya, sastra merupakan karangan fiksi dan non fiksi. Apabila dikaji melalui bentuk atau cara pengungkapannya, sastra dapat dianalisis melalui gener sastra itu sendiri, yaitu puisi, novel dan drama. Karya sastra juga digunakan pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang sesuatu yang ada dalam realitas yang di hadapinya. Realitas itu merupakan salah satu factor penyebab pengarang menciptakan karya, disamping unsure imajinasi.
Menurut Semi( 1993:8) , karya sastra merupakan karya kreatif sehingga sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra juga harus mampu menjadi wadah penyampain ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan objek seni sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama menyangkut sosil budaya, kesenian dan system berpikir.
Karya sastra merupakan gambaran kehidupan rekaan seseorang yang sering kali karya sastra itu menghadirkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap latar belakang dan keyakinan pengarang. Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara artistik imajinatif. Hal ini dimungkinkan karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan.
Tokoh atau penokohan merupakan salah satu unsur pembangun karya sastra. Tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarang dalam cerita memilki berbagai macam karakter. Secara umum tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. (Sudjiman 1991: 16) tobagai koh adalah sebagai pelaku yang mengalami berbagai peristiwa dalam sebuah cerita, sehingga tokoh dalam sebuah novel mempunyai peranan penting, karena tanpa kehadiran tokoh jalan cerita tidak akn terjadi.
Tokoh dan penokohan dalam novel akan mengalami konflik secara psikologis. Berbagai persoalan timbul mengikuti perjalanan tokoh secara pribadi dan interaksi antar tokoh. Konflik dalam novel secara psikologis dapat mempengaruhi tingkah laku dan watak tokoh. Konflik batin yang dialami tokoh menyebabkan gangguan psikis. Gangguan ini disebabkan oleh faktor secara eksternal dan internal.
Konflik sebagai salah satu unsur novel sebaiknya konflik yang terjadi antar tokoh benar-benar dapat meyakinkan pembaca. Konflik yang dibangun dalam cerita mengambarkan problem masyarakat pada saat cerita itu dibangun dan konflik yang dihadirkan harus membuat pembaca menjadi tertarik dan alur menjadi menarik.
Tokoh utama dalam novel Pertemuan Dua Hati karya NH.Dhini adalah Waskito. Ia adalah seorang murid yang nakal dan tidak pernah berangkat sekolah. Kejadian inimembuat seoarang guru yang bernama ibu Suci ingin merubah keadaan ini.
Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan tingkah laku manusia oleh beberapa penulis disebut psikologis sastra. Pendekatan ini bertolak dari asumsi karya sasta selalu membahas manusia dan kehidupannya (Semi.1993:76). Kenyataan menunjukkan sastra diciptakan manusia dan cerita dalam sastra berupa tokoh. Layakya manusia tokoh dalam sastra juga selalu memiliki perilaku. Dengan pendekatan psikologi sastra penulis ingin mengkaji salah satu novel karya NH.Dhini yaitu Pertemuan Dua Hati.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kepribadian tokoh utama dalam novel Pertemuan Dua Hati karya NH. Dhini?
2. Bagaimanakah konflik psikologis tokoh utama yang terjadi dalam novel Pertemuan Dua Hati karya NH.Dhini?
3. Bagaimanakah penokohan novel Pertemuan Dua Hati karya NH.Dhini?


BAB II
KAJIAN TEORI

 Psikologi Dalam Sastra
A. Landasan Dasar
Psikologi merupakan ilmu yang membahas tentang jiwa manusia dan segala tindakan manusia. Tindakan manusia ini akibat dari dorongan kejiwaan manusia itu sendiri.
Objek psikologi adalah pengkhayatan dan perbuatan manusia yang kompleks. Kenyataan manusia yang tidak sama selaras dengan keadaan alam yang selalu berubah (Ahmadi, 1983:13). Psikologi dibagi menjadi dua :
a) Psikologi umum yaitu psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan atau aktuvitas psikis manusia pada umumnya.
b) Psikologi khusus yaitu i menyelidiki dan mempelajari sesuatu yang khusus dari aktivitas manusia.
Manusia memiliki pribadi yang khas, selalu berkembang, bertujuan, dan pribadi yang menguasai jasmani. Pribadi yang khas membuktikan manusia itu berbeda. Sifat yang khas menentukan penyesuaian pada lingkungan. Pribadi manusia akan berkembang sesuai dengan tujuan nurani. Tujuan meliputi tindakan dan tingkah laku individu. Perbuatan khusus pada individu terletak dalam kepribadiannya.( Allport dalam Sujanto, 2004:94).
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarnag akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup disekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner kedalam teks sastra( Endaswara. 2003:96).
Pendekatan psikologi adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra (Semi.1989:46). Sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan ini, selalu mengaitkan aspek yang ada dalam karya dengan peristiwa kejiwan. Gejala psikologis yang dialami oleh tokoh dalam suatu kara sasta merupakan hal yang dapat diteliti dengan menggunakan psikologi sastra.
Selain penelitian teks sastra dengan pendekatan psikoanalitis, banyak juga dilakukan penelitian teks sastra dengan pendekatan psikologis konvensional. Pendekatan psikologis konvensional dalam penelitian teks sastra adalah pemanfaatan teori-teori psikologi perkembangan, psikologi kepribadian,dll untuk menafsirkan unsure kejiwaan tokoh. Unsur kejiwaan tokoh itu dapat berupa konflik batin, kepribadian ganda, deviasi tingkah laku, perubahan karkter dan gejolak emosi.
Hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam penelitian ini, yaitu psikologi menurut Jung. Jung adalah psikologi kepribadian. Jung adalah orang pertama yang merumuskan tipe kepribadian manusia dengan istilah exstravertion dan introvertion, mengemukakan empat fungsi kepribadian manusia yang disebut sebagai fungsi thinking, feeling, sensing dan intuition.
Selanjutnya (Jung,2003:17-19) membagi kepribadian manusia menjadi dua tipe, i
a. Orientasi Introverts
1) Introverts adalah suatu orientasi ke dalam siri sendiri. Seorang Introverts adalah orang yang cenderung menarik diri kontak sosial. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dan pengalaman sendiri. Seorang Introverts cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi diri sendiri.
2) Cirri-ciri Introverts adalah (1) pendiam, (2) menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar, (3) tidak mau terlihat dengan dunia objektif, dan (4) tidak senang berada ditengah orang banyak.
b. Orientasi Ekstroverts
1) Ekstroverts adalah suatu kecenderungan yang menyurahkan kepribadian lebih banyak ke luar daripada kedalam diri sendiri. Seorang Ekstroverts memiliki sifat sosial, ia juga orang yang penuh motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal. Seorang ekstroverts cenderung membutuhkan orang banyak.
2) Cirri-ciri ekstroverts adalah (1) kecenderungan pada objek-objek dari luar dirinya, (2) kesiapan untuk menerima kejadian-kejadian luar, (3) keinginan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar, (4) punya kapasitas untuk bertahan, (5) percaya pada apa yang diterima dari dunia luar.

B. Tujuan Penelitian Psikologi Sastra
Menurut Sachs (Hardjana, 1981:66) psikologi sastra bertujuan untuk memberikan pertolongan agar dapat membaca karya sastra tersebut dengan benar dan bukan untuk meletakkan dasar-dasar penilaian.
Penelitian psikologi sastra bertujuan mengungkap gejala-gejala psikologis yang bersinggungan dengan karya sastra. Gejala-gejala tersebut bisa terjadi dari pengarang saat berproses, tokoh dan berbagai macam interaksinya, dan pembaca sastra. Arah penelitian ini berpijak dari psikologi dan sastra yang mempelajari manusia. Penjelajahan kea lam batin untuk mengetahui seluk beluk manusia yang unik. Sastra mempelajari manusia sehingga ciptaan imajinasi pengarang. Manusia dalam sastra bersifat kreatif dan imajiner( Semi, 1990:76).

C. Sasaran Psikologi Sastra
Menurut Semi (1990:79) focus penelitian psikologi sastra yaitu sabagai berikut :
1) Pendekatan psikologi menekankan analisis terhadap keseluruhan karya sastra baik segi intrinsik maupun segi ekstrinsik. Namun, tekanan diberikan kepada segi intrinsik. Dari segi intrinsik yang ditekankan adalah penokohan atau perwatakannya.
2) Segi ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah segi jiwa pengarang.
3) Disamping menganalisis penokohan dan perwatakan dilakukan pula analisis yang lebih tajam tentang tema utama karya sastra, karena pada masalah perwatakan dan tema ini pula pendekatan psikologi sangat tepat diterapkan.
4) Didalam analisis perwatakan harus dicari nalar tentang perilaku tokoh
5) Konflik serta kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita harus pula mendapat kajian.



 Konflik
Perjalanan cerita dalam fiksi sangat membutuhkan konflik. Cerita tanpa adanya konflik akan mati rasa dan tidak menarik. Alur cerita dengan konflik sangat berkaitan. Alur tanpa konflik tidak berarti, sementara konflik lahir karena adanya alur. Sebuah cerita tanpa adanya konflik maka, cerita itu tidak akan berkembang. Berbagai cerita baru akan berkembang karena adanya konflik.
Konflik merupakan gambaran ketidakstabilan jiwa yang kemudian membentuk pola konflik menjadi klimaks. Konflik berawal dari kondisi labil yang membahas dan berakhir pada pemecahan berupa klimaks ( Sayuti,200:41).
Konflik tokoh dari awal akan membentuk pusaran yang mengerucut. Konflik tokoh yang meruncing akhirnya akan meledak pada titik yang disebut klimaks. Konflik dapat terjadi antara manusia dengan manusia, konflik manusia dengan alam sekitarnya, konflik manusia dengan masyarakat, sesuatu ide dengan ide lain dan seseorang dengan kata hatinya.
Nurgiayantoro(2005:122) menyatakan konflik yaitu kejadian yang tergolong penting yang merupakan unsure esensial dalam perkembangan plot. Pertentangan tokoh yang mengarah pada kejadian peristiwa cerita dan berfungsi mengembangkan ide cerita ialah inti dari konflik.
Penelitian ini menggunakan teori dari Stanton untuk menelaah konflik. Inti teori Stanton( Nurgiyantoro,2005:124) yaitu membagi konflik menjadi dua macam antara lain :
a. Konflik Eksternal ( external confict)
Konflik merupakan konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang ada diluar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam atau lingkungan manusia itu sendiri. Konflik eksternal ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Konflik Fisik ( physical confict)
Konflik fisik atau konflik elemental adalah konflik yang disebabkan oleh adanya benturan antara tokoh dengan lingkungan alam.
2) Konflik Sosial ( sosial confict)
Konflik sosial merupakan konflik yang terjadi karena adanya interaksi antar manusia. Berbagai masalah manusia dalam hubungannya dengan manusia itu sendiri.
b. Konflik Internal ( internal confict)
Konflik internal disebut juga dengan konflik kejiwaan. Konflik ini merupakan konflik yang terjadi karena pertentangan hati atau jiwa seseorang tokoh dengan tokoh lain. Konflik batin ini juga bisa terjadi dalam diri seorang tokoh itu sendiri. Konflik jiwa dialami setelah ada pertentangan atau gangguan batin seorang tokoh . Konflik batin yang terus menerus terjadi menyebabkan pribadi, watak dan pemikiran yang menyimpang. Biasanya konflik jiwa lahir dari hubungan antar manusia atau tokoh.

 Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan( Abiams dalam Nurgiyantro,2005:165).
Tokoh-tokoh dalam novel muncul akibat dari kalimat-kalimat yang mengekspresikannya dari kata yang diletakkan dibibirnya oleh si pengarang. Tokoh dan penokohan merupakan satu kesatuan yang berbeda. Istilah tokoh akan merujuk pada pelaku atau orang yang terlibat dalam cerita. Sedangkan penokohan mengacu pada penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ( Sudjiman,1988:23)
Dengan demikian istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dn “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
Watak, perwatakan dan karate pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan pembaca lebih menunjukkan pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karateristik sering disama artikan dengan karater dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita9 Nurgiyantoro,2005:165).
Teknik penokohan menurut Altenbernd dan lewis(Nurgiyantoro,2005:194-210) terdiri dari dua macam yaitu sebagai berikut:

1. Teknik Ekspositori (Telling Technical)
Teknik langsung ini disebut juga teknik analitis. Teknik ini merupakan pelukisa tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung.
2. Teknik Dramatik (Showing Technical)
Teknik ini sering disebut teknik tidak langsung. Artinya pengarang tidak tidak mendeskrepsikan secara eksplisit sifat, sikap serta tingkah laku tokoh. Tokoh digambarkan secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan juga peristiwa. Teknik ini terdiri dari :
a. Teknik Cakapan
b. Teknik Tingkah Laku
c. Teknik Pikiran dan Perasaan
d. Teknik Arus Kesadaran
e. Teknik Reaksi Tokoh
f. Teknik Reaksi Tokoh Lain
g. Teknik Pelukisan Latar
h. Teknik Pelukisan Fisik











BAB III
PEMNAHASAN

A. Sinopsis
Bu Suci adalah seorang guru sekolah dasar yang selalu memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan profesinya. Pada suatu hari, ia harus pindah mengajar ke Semarang karena suaminya dipindahtugaskan ke kota tersebut. Dalam hatinya telah terbayang masa penantian yang lama sebelum ia mendapatkan tempat mengajar yang baru. Ia membanyangkan bahwa hari-harinya yang dilalui di kota itu akan akan dirasakan sangat panjang dan menyikasa. Namun, semua yang dibayangkan itu menjadi sirna ketika diterima disebuah sekolah dasar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bahkan, ia dipercaya memegang dua kelas untuk menggantikan salah seorang guru yang mengalami kecelakaan.
Sejak saat itu bu Suci resmi menjadi guru disekolah tersebut. Ia mendapat sambutan yang hangat dari rekan-rekan sesame guru. Ia tidak mengalami kesulitandalm beradaptasi dengan lingkungannya yang baru sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pada hari keempat, Bu Suci baru menyadari bahwa salah seorang muridnya yang bernama Waskito tidak pernah masuk sekolah tanpa ada keterangan yang pasti. Tak ada satu muridpun yang mengetahui alas an ketidakhadiran Waskito. Ketika ia menanyakan tentang murid tersebut kepada rekan guru, ia mendapat jawaban yang tidak memuaskan hatinya. Bahkan, ia diminta untuk tidak memperdulikan ketidakhadiran Waskito karena kedatangan anak itu disekolah hanya akan menambah masalah bagi dirinya. Kenakalannya terkadang melewati batas. Tentu saja sebagai seorang guru, hati Bu Suci terpanggil untuk melakukan pendekatan intensif kepadanya. Menurutnya, anak semacam waskito perlu mendapatkan perhatian ekstra darinya.
Pada saat yang sama, anak bungsunya terserang penyakit ayan. Kedua hal ini membebani pikirannya. Ia binggung untuk menentukan mana yang lebih dulu ditanganinya. Ketika ia memilih anaknya, panggilan hatinya ssebagai seorang guru menyentak-nyentak hatinya. Ia mengharapkan semua muridnya menjadai anak yang baik yang berguna bagi nusa dan bangsa. Sebaliknya, bila ia mengutamakan muridnya, ia akan mengalami berdosa jika si bungsu mengalami penderitaan panjang karena kkurang mendapat perhatian darinya sehingga masa depannya akn menjadi suram.
Diantara kebimbangan itulah, ia memutuskan untuk memilih keduanya. Ia tetap memperhatikan anak bungsunya, namun ia juga berusaha melakukan pendekatan dengan Waskito. Pada mulanya usaha Bu Suci tidak sia-sia karena Waskito mulai rajin ke sekolah dan tidak menampakkan kenakalannya. Namun, beberapa hari kemudian ia kembali pada sifatnya semula. Bu Sucii mulai membenarkan pendapat rekan-rekan sesama guru bahwa Waskito tidak akan pernah berubah menjadi murid yang baik karena ia telah terbiasa dimanja dengan harta.
Kepala sekolah yang mengetahui masalah Waskito memberikan waktu satu bulan kepada Bu Suci untuk melakukan pendekatan kepada anak itu. Dalam hati Bu Suci muncul keyakinan bahwa ia harus mencari cara pendekatan yang tepat untuk menghilangkan kenakalan anak itu.
Usahanya tak sia-sia karena tak berapa lama kemudian tingkah laku waskiti menunjukkan perubahan kearah yang positif. Ia menjadi murid yang baik, bahkan ia berhasil naik kelas. Bu Suci merasa bangga karena tujuannya tercapai. Kebahagiaan Bu Suci semakin bertambah ketika anak bungsunya dinyatakan sembuh dari penyakitnya.
















B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh berupa deskripsi mengenai aspek psikologi dalam novel Pertemuan Dua Hati karya N.H. Dini. Aspek tersebut digambarkan melalui 1.) kepribadian tokoh utama, 2.) Konflik psikologis tokoh utama.
1. Tokoh Utama dan Penokohan dalam Novel Pertemuan Dua Hati
karya N.H. Dini.
Tabel 1.1
Tokoh dalam novel Pertemuan Dua Hati
No Tokoh Tokoh utama Tokoh tambahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. Waskito
Ibu Suci
Kepala Sekolah
Orangtua Waskito
Nenek Waskito
Kakek Waskito
Budhe Waskito
Anak kedua Bu Suci
Suami Bu Suci
Raharjo
Marno √












Tokoh utama dalam novel ini yaitu Waskito. Waskito adalah tokoh yang paling banyak memerlukan penceritaan. Tokoh tambahan yang mendukung tokoh utama dalam novel Pertemuan Dua Hati adalah: Ibu Suci, Kepala Sekolah, Orangtua Waskito, Nenek Waskito, Kakek Waskito, Budhe Waskito, Anak kedua Bu Suci, Suami Bu Suci, Raharjo, dan Marno.





Tabel 1.2
Penokohan Tokoh Utama (Waskito) dalam novel Pertemuan Dua Hati
No Watak tokoh Teknik analitik
(hlm.) Teknik dramatik
Teknik cakapan
(hlm.) Teknik tingkah laku
(hlm.) Teknik pikiran&perasaan
(hlm.) Teknik reaksi tokoh
(hlm.)
1. Jahat 28 28
2. Nakal 30 30
3. Labil 31
4. Pemarah 32
5.
Pemberontak 32, 44, 52


6. Sukar 35



7. Sombong 53
8. Angkuh 53
9. Terampil 66

10. Keras kepala
82
11. Tinggi hati
82

12.
Baik 48
13. Cerdas 84
14.
Taat

41

15.
Terbuka 63
16. Suka mengamuk 67

Teknik penokohan yang digunakan pengarang dalam menampilkan tokoh Waskito menggunakan 2 teknik. Yaitu, teknik analitik dan teknik dramatic. Teknik analiyik melikiskan tokoh cerita dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Sedangkan teknil dramatik digunakan pengarang untuk menampilkan tokoh secara tidak langsung dengan sejumlah teknk. Teknik dramatik yang digunakan pengarang yaitu, teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan dan teknik reaksi tokoh.
Selain teknik penokohan, tabel 1 juga berisi watak yang dimiliki oleh Waskito. Berdasarkan teknik penokohan yang digunakan terdapat 16 macam watak tokoh, yaitu, jahat, nakal, labil, pemarah, pemberontak, sukar, sombong, angkuh, terampil, keras kepala, tinggi hati, baik, cerdas, taat, terbuka dan suka mengamuk.

2. Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Pertemuan Dua Hati
Tabel 2
Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Pertemuan Dua Hati
Tokoh utama Kepribadian tokoh utama
Introvert Halaman Ekstrovert Halaman
Waskito 1. Nakal
2. Labil
3. Sukar
4. Sombong
5. Angkuh
6. Terampil
7. Keras kepala
8. Tinggi hati
9. Baik
10. Cerdas 30
31
35
53
53
66
82
82
48
84 1. Pemarah
2. Pemberontak
3. Suka mengamuk
4. Jahat
5. Terbuka
6. Taat
32
32, 44, 52
67

28
41
63

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa kepribadian Waskito lebih dominan Introvert daripada kepribadian ekstrovert. Kepribadian Waskito yang Introvert antara lain: Nakal, labil, sukar, sombong, angkuh, terampil, keras kepala, tinggi hati, baik, dan cerdas. Kepribadian Waskito yang ekstrovert antara lain: pemarah, pemberontak, suka mengamuk, jahat, terbuka, dan taat.

3. Konflik Tokoh Utama dalam Novel Pertemuan Dua Hati
Tabel 3.1 Konflik Eksternal Tokoh Utama (Waskito)
dalam Novel Pertemuan Dua Hati
No Konflik eksternal Halaman
1.
2.
3.
4. Konflik Waskito dengan orangtuanya
Konflik Waskito dengan Ibu Suci
Konflik Waskito dengan teman-temannya
Konflik Waskito dengan kakek dan neneknya
32, 77
74
28
41

Berdasarkan tabel 3.1, konflik eksternal yang dialami oleh Waskito ada 4 yaitu, 1.) Konflik Waskito dengan orangtuanya, 2.) Konflik Waskito dengan Ibu Suci, 3.) Konflik Waskito dengan teman-temannya, 4.)Konflik Waskito dengan kakek dan neneknya.








Tabel 3.2
Konflik Internal yang Dialami Tokoh Utama (Waskito)
dalam novel Pertemuan Dua Hati
No Konflik internal Halaman
1.

2. Pergolakan hati Waskito karena ingin diperhatikan dan disayang.
Tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang.


Berdasarkan tabel 3.2, konflik interbal yang dialami tokoh Waskito ada 2 yaitu: 1.) Pergolakan hati Waskito karena ingin diperhatikan dan disayang. dan 2.) Tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang.

C. Pembahasan
1. Tokoh Utama dan Penokohan dalam Novel Pertemuan Dua Hati
karya N.H. Dini.
a. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Ditinjau dari keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi 2, yaitu, tokoh utama dan tokoh tambahan/bawahan.
1.) Tokoh utama
Tokoh utama dalam novel Pertemuan Dua Hati yaitu Waskito. Waskito adalah seorang siswa yang tergolong sukar. Dalam artian bandel dan suka mengamuk. Namun, disamping itu, sejatinya Waskito adalah siswa yang pandai. Tokoh utamanya adalah Waskito karena tokoh tersebut dapat memenuhi criteria sebagai tokoh utama. Berikut ini beberapa kutipan yang menyebutkan bahwa Waskito banyak berhubungan dengan tokoh lain. Berikut ini kutipan yang bahwa Waskito banyak berhubungan dengan tokoh lain.
a.) Waskito dengan Ibu Suci
“Kesantaianku menghadapi murid sukarku sampai pada pertanyaan mengenai keluarganya. Apa kabar dengan nenek? Kutanyakan apakah dia sering bertemu dengan nenek? Tidak, jawabnya.” (hlm. 75)

b.) Waskito dengan kakek dan neneknya.
“Di rumah kakek dan nenek Waskito bersikap sopan dan manis, menolong mengerjakan tugas yang ringan disamping masuk sekolah secara teratur.” (hlm. 41)

c.) Waskito dengan teman-temannya
“Waskito, Bu!” hanya itulah yang diucapkan Wahyudi. “Kenapa? Dia mengamuk lagi?” Sahutku.” (hlm. 80)

b. Penokohan
Watak tokoh utama di atas, disampaikan oleh pengarang menggunakan 2 macam teknik penokohan, yaitu teknik analitik dan teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan pengarang yaitu teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan dan teknik reaksi tokoh lain. Berikut ini adalah pembahasannya.
1.) Teknik Analitik
Teknik analitik yaitu menggambarkan watak tokoh yang secara langsung dilukiskan pengarang. Metode langsung menjelaskan bahwa Waskito merupakan orang yang labil.
“Waskito memang dianggap sebagai anak yang tidak tetap, atau labil.” (hlm. 31)

Waskito juga merupakan orang yang pemarah dan pemberontak.

“Maka ia tumbuh menjadi anak yang pemarah dan pemberontak.” (hlm. 32)

Waskito juga merupakan orang yang sombong dan angkuh.

“dalam keadaan diam demikian, dia nampak sombong, angkuh.” (hlm. 52)

2.) Teknik Dramatik (tidak langsung)
a.) Teknik Cakapan
Cakapan antar tokoh sering kali digunakan pengarang sebagai media mengungkapkan kedirian tokoh. Percakapan pada teknik ini dapat dilakukan oleh 2 orang/lebih. Cakapan di bawah ini menggambarkan tokoh Waskito yang cerdas.
“Tidak ada orang yang baik atau pandai dalam segala-galanya. Kamu terampil dalam hal pertukangan, otakmu cerdas meskipun pelajaranmu biasa-biasa saja.Bukankah itu sudah sangat mencukupi?” (hlm.84)
Waskito yang terampil dalam pertukangan menunjukkan bahwa Waskito Cerdas.

b.) Teknik Tingkah laku
Tingkah laku tokoh dapat mencerminkan dirinya sendiri. Teknik secara fisik menunjukkan siapa tokoh yang sebenarnya. Tokoh Waskito yang nakal ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
“Setiap dia kambuh berubah menjadi bengis, selalu berteriak-teriak dan memukul bahkan menendang kami.” (hlm. 30)

c.) Teknik pikiran dan perasaan
Penokohan pada teknik ini dimulai dari perdebatan pikiran dan perasaan. Waskito adalah anak yang tinggi hati dan keras kepala. Watak ini digambarkan dengan teknik pikiran dan perasaan yang ditunjukkan dalam kutipan berikut ini:
“ Mendadak satu perkiraan melintas di kepalaku. Anak itu tinggi hati, tidak mudah mengalah dalam semua hal. Dia juga keras kepala.” (hlm.82)

d.) Teknik reaksi tokoh
Reaksi tokoh ditimbulkan oleh adanya rangsangan dari luar diri. Teknik ini merupakan respon terhadap kejadian, keadaan dan masalah dari luar tokoh. Waskito sering mengamuk di kelas. Watak ini digambarkan dengan teknik reaksi tokoh seperti terlihat dalam kutipan berikut ini:
“Tiba-tiba keadaan berubah. Guru-guru sedang beristirahat di kantor, menunggu lonceng masuk kembali. Seorang muridku terengah-engah dating langsung berseru: “Bu Suci! Waskito kambuh, Bu! Dia mengamuk! Dia mau membakar kelas!” .“ (hlm. 67)





2. Kepribadian Tokoh Utama (Waskito) dalam Novel Pertemuan Dua Hati
karya N.H. Dini
Tipe kepribadian yang dimiliki tokoh utama berdasarkan kepribadiannya yaitu ekstrovert dan introvert. Namun, yang lebih dominan adalah kepribadian introvert. Kepribadian Waskito yang introvert meliputi: Nakal, labil, sukar. Sombong, angkuh, terampil, keras kepala, tinggi hati, baik, cerdas.
a. Kepribadian introvert
Manusia bertipe introvert adalah manusia yang dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju dalam pikiran, perasaan, serta tindakan. Kepribadian introvert tokoh utama adalah sebagai berikut:
“Biasanya, kalau ada anak nakal kelewat batas, namanya di dalam daftar diberi tanda.” (hlm.30)

“dalam keadaan diam demikian, dia Nampak sombong, angkuh.” (hlm.53)

b. Kepribadian ekstrovert
Tipe manusia yang ekstrovert adalah manusia yang dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Pikiran, perasaan serta tindakannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Kepribadian ekstrovert tokoh Waskito adalah sebagai berikut:
“Kata si nenek, semua itu tidak pernah didapatkan Waskito di rumahnya. Maka dia tumbuh menjadi anak yang bersifat pemarah dan pemberontak.” (hlm. 32)





3. Konflik yang Dialami Tokoh Utama (Waskito) dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya N. H. Dini.
Konflik dalam sebuah karya sastra terjadi dalam diri tokoh. Konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita dan merupakan permasalahan intern dan konflik internal, sedangkan permasalahan yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya baik lingkungan maupun manusia adalah konflik eksternal.
Konflik yang terjadi dalam suatu karya sastra membuat suatu karya sastra menjadi lebih menarik. Konflik yang dialami tokoh Waskito dalam novel Pertemuan Dua Hati yaitu konflik eksternal dan internal.

a. Konflik eksternal yang dialami tokoh Waskito
Konflik eksternal merupakan permasalahan yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya. Waskito mempunyai kepribadian Eksternal yang lebih dominan. Konflik yang dialami Waskito yaitu: 1.) Konflik Waskito dengan orangtuanya, 2.) Konflik Waskito dengan Ibu Suci, 3.) Konflik Waskito dengan teman-temannya, 4.) Konflik Waskito dengan kakek dan neneknya
Konflik antara Waskito dengan orangtuanya dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
“Anak kami belum pernah menghukum, apalagi memukul Waskito!” kata si nenek. “Barangkali inilah kesalahannya. Ada anak-anak yang memerlukan perhatian, yang menganggap hukuman jasmaniah sebagai ganti perhatian yang diinginkan.” (hlm. 37)

Konflik Waskito dengan Ibu Suci terlihat pada kutipan berikut ini:
“Aku tetap takut dan cemas pada suatu hari murid sukarku tidak masuk karena membolos, atau sekonyong-konyong mengamuk sambil menyabitkan sesuatu senjata! “ (hlm. 74)

Konflik Waskito dengan Teman-temannya.
“Bu Suci! Waskito kambuh, Bu! Dia mengamuk! Dia mau membakar kelas!” (hlm. 67)

b. Konflik internal yang dialami tokoh Waskito
Konflik internal meerupakan permasalahan intern, terjadi dalam hati atau jiwa tokoh. Konflik intern dalam pembahasan ini dideskripsikan sesuai dengan kondisi jiwa atau perasaan tokoh. Konflik internal yang dialami tokoh Waskito yaitu: 1.) Pergolakan hati Waskito karena ingin diperhatikan dan disayang. 2.) Tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang.
Konflik tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang terdapat pada kutipan berikut ini.
“Entah Bu! Mereka kalau sudah berkata tidak boleh, ya tidak boleh! Dulu saya selalu bertanya, mengapa saya tidak seperti kawan-kawan lain? Orang tua mereka membiarkan mereka bersepedaan kemana-mana.” (hlm. 77)
















BAB IV
KESIMPULAN

Karya sastra dapat secara baik melalui kerja analisis. Bagian yang dianalisis biasanya meliputi aspek bentuk maupun aspek isi. Menyangkut sejumlah unsur secara sekaligus maupun salah satu unsure tertentu, pengkajian karya sastra tersebut dapat dilakukan pada sebuah karya sastra tertentu, atau beberapa karya sastra tertentu dalam periode tertentu pula.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang merupakan pantulan hubungan dengan orang lain atau masyarakat sering digunakan bahan sastra. Sebuah karya sastra pada dasarnya merupakan reaksi terhadap suatu keadaan. Dengan demikian mempelajari karya sastra berarti karya yang berupa inspirasi, tingkah cultural selera, pandangan hidup serta karakter pengarang.
Setelah melakukan analisis kemudian mendeskripsikan dengan terurai dan panjang, maka dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan ini, penulis akan berpegang pada rumusan masalah di atas, sehingga kesimpulan akan menjadi jelas. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ada beberapa konflik internal yang dialami tokoh utama:
• Konflik Waskito dengan orangtuanya
• Konflik Waskito dengan Ibu Suci
• Konflik Waskito dengan teman-temannya
• Konflik Waskito dengan kakek dan neneknya
Ada beberapa konflik eksternal yang dialami tokoh utama:
• Pergolakan hati Waskito karena ingin diperhatikan dan disayang.
• Tekanan batin Waskito karena ingin bebas dan berkembang.







DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:PT Rineka Cipta
Siswantoro.2005.Metode Penelitian Sastra.Surakarta:Muhammadiyah University Press
Austin&Wellek.1989.Teori Kesusastraan.Jakarta: PT Gramedia

3 komentar: